Selasa, 20 Desember 2011

Tekadku


TEKADKU

Bulat tekadku,
Sebulat Dunia singgahanku ini
 Lurus jalanku
Selurus Shirothol Mustaqim yang akan kulalui
Putih niatku, seputih kain kafan
Yang menyelimuti seluruh hidupku
Tulus hatiku,
Setulus cinta kasihku kepadaMU
Indah cerita ini,
Seindah  cerita Surga Firdaus
Kecantikan akhlaqmu
Secantik akhlaq Rabi’ah Aldawiyah
Kesetianku padamu
Akan selalu kujaga, seperti Hasan Basri yang setia
Kepada Rabi’ah Aldawiyah
Cintaku padamu
Akan selalu kujaga,
Seperti cintanya Sayyidina Ali
KEPADA siti Fatimah
Read more »

Hari Terakhir Tatapan


بســــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــم الله الرّحمن الرّحيم
DETIK-DETIK KEPERGIAN  رسولــ اللّــــه ص.م
Ada sebuah kisah tentang Cinta
Yang sebenar-benarnya cinta
Yang dicontohkan Alloh
Melalui kehidupan Rasul-Nya
Pagi itu, walaupun langit telah
Mulai menguning
Burung-burung gurun
Enggan mengepakkan sayap
Pagi itu…
Rasululullah dengan suara terbata
Memberikan khutbah,
Wahai umatku…
Kita semua ada dalam kekuasaan Alloh
Dan cinta kasih-Nya
Maka taati dan bertaqwalah kepada-Nya…”
“kuwariskan dua perkara pada kalian,
Alqur’an dan sunnahku…”
Barang siapa mencintai sunnahku
Berarti mencintai aku
Dan kelak orang-orang yang mencintaiku
Akan masuk surga bersama-sama denganku…”
Khutbah singkat itu diakhiri
Dengan pandangan mata Rasulullah
Yang tenang dan penuh minat
Menatap sahabatnya satu persatu
 Sayyidina Abu Bakar menatap mata itu
Dengan berkaca-kaca
 Sayyidina Umar dadanya naik turun
Menahan nafas dan tangisnya
 Sayyidina Umar menghela nafas panjang
Sayyidina Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya telah tiba…
“Rasulullah akan meninggalkan kita semua,”
Keluh hati semua sahabat kala itu,
Manusia tercinta itu,
Hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia,
Tanda-tanda itu semakin kuat…
Sayyidina Ali dan Fadhal dengan cergas
Menangkap Rasulullah
Yang berkeadaan lemas dan goyah
Ketika turun dari mimbar.
Disaat itu, kalau mampu
Seluruh sahabat yang hadir di sana
Pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi,
Tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup,
Sedang didalamnya,
Rasulullah sedang terbaring lemah
Dengan keningnya yang berkeringat
Dan membasahi pelepah kurma
Yang menjadi alas tidurnya,
Tiba-tiba dari luar pintu
Terdengar seorang yang
Berseru mengucapkan salam,
“bolehkah saya masuk?” tanyanya,
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
“Maaflah, Ayahku sedang demam,”
Kata Fatimah yang membalikan badan
Dan menutup daun pintu,
Kemudian ia kembali menemani Ayahnya
Yang ternyata sudah membuka mata
Dan bertannya pada Fatimah,
“siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah Ayahku,
Sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,”
Tutur Fatimah lembut,
Lalu Rasulullah menatap putrinya itu
Dengan pandangan yang menggetarkan,
Seolah-olah bagian demi bagian
Wajah anaknya itu hendak dikenang,
“Ketahuilah, dialah yang menghapus
Kenikmatan sementara,
Dialah yang memisahkan pertemuan di dunia,
Dialah malakul maut,” kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malakul maut datang menghampiri,
Tapi Rasulullah menanyakan
Kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya,
Kemudian dipanggilah Jibril
Yang sebelumnya sudah bersiap
Di atas langit dunia menyambut
Ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini,
“Jibril jelaskan apa hakku
Nanti di hadapan Allah?”
Tanya Rasulullah dengan
Suara yang amat lemah,
“pintu-pintu langit telah terbuka,
Paara malaikat telah menanti ruhmu,
Semua syurga terbuka lebar
Menanti kedatanganmu,”
Kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak
Membuat Rasulullah lega,
Matanya masih penuh kecemasan
“engkau tidak senang mendengar kabar ini?”
Tanya Jibril lagi
“khabarkan kepadaku
 bagaimana nasib umatku kelak?”
“jangan khawatir wahai Rasul Allah,
Aku pernah mendengar
Allah berfirman kepadaku:
“kuharamkan syurga bagi siapa saja,
Kecuali umat Muhammad
Telah berada di dalamnya’,”
Kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat,
Saatnya Izrail melakukan tugas,
Perlahan ruh Rasulullah ditarik,
Nampak seluruh tubuh Rasulullah
Bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang,
“Jibril betapa sakit sakaratul maut ini.”
Perlahan Rasulullah mengeluh,
Fatimah terpejam,
Sayyidina Ali yang di samping
Menunduk semakin dalam
Dan Jibril memalingkan muka,
“jijikah kau melihatku,
Sehingga kau palingkan wajahmu Jibril?”
Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu itu,
“siapakah yang sanggup, melihat
Kekasih Allah direnggut ajal,”
Kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik,
Karena sakit yang tidak tertahankan lagi,
“Ya Allah!!!
Dasyat sekali maut ini,
Timpakan saja siksa maut ini kepadaku,
Jangan pada umatku”
Badan Rasulullah mulai dingin,
Kaki dan dadanya tidak bergerak lagi,
Bibirnnya bergetar seakan hendak
Membisikan sesuatu,
Sayyidina Ali segera mendekatkan telinganya,
"أوسيكم با الصلاة وما ملكت أيمانكم"
Periharalah shalat
Da perihalarah orang-orang lemah diantaramu.”
Fatimah menutup tangan di wajahnya,
Dan Ali kembali mendekatkan telinganya
Ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“ummatii…ummatii…ummatii”
"أمّتي...أمّتي...أمّتي"
Dan berakhirlah hidup manusia mulia
Yang memberi sinar itu…
اللّهمّ صلّى على سيّدنا محمّد وبارك وسلّم عليه
Betapa cintanya rasul kepada kita…



Read more »

Sabtu, 17 Desember 2011

Diamku



DIAMKU

Aku yang terdiam tanpa seucap kata merintih menangis dengan sebuah pengharapan
berdiri kan bangkit, melangkah kan berlari, dan terbang kan kebebasan
 namun apa yang kudapat hanya kedustaan dan omongkosong
Angin yang menemaniku mencari dan mencari
 dengan sejuta pengharapan yang tak kunjung datang
....
Genderang kedupan telah bergemang
pertanda tebing terjal namun landai kan menanti
ribuan jurang nan dalam tapi indah di pandang
hembusan padang sahara yang gersang nan luas tapi menyejukan
....
kenangan ini terlalu putih untuk dinodai

memori ini terlalu penuh untuk dihapus
mimpi ini terlalu indah untuk dilalui
khayalan ini terlampau mengapung di terjang badai
....
Diam itulah jalan kebenaran

Diam itulah senjata mutakhir
Diam itulah payung kebijaksanaan
Diam itulah panggung sandiwara
....
Mentari tersenyum menghangatkan setiap jiwa yang lelah tanpa berkata
Rembulan menyapa setiap insan yang dilanda rindu tanpa kata
Angin merasuk kedalam jiwa tanpa permisi dan kata
Diam itulah jalan kebijaksanaan
Diamlah hingga kata itu bisa terurai indah menjadi tiga cahaya
yang menerangi setiap jiwa yang suci

^_*



Read more »